ASUHAN NEONATUS DAN ANAK BALITA
ASUHAN NEONATUS DENGAN JEJAS
PERSALINAN
Dosen Pengampu:
Linda Rofiasari, S.ST
Disusun Oleh:
Fitria
Kusumaning Arum (14241004)
Manias
Lorenza (1424….)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN DEWI SARTIKA
BANDUNG
2015
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Asuhan neonatus dengan jejas persalinan”
makalah ini ditulis selain untuk menambah pengetahuan dan wawasan, juga untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita”.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Yth Hj. FudjiAstuti, S.ST selaku Direktur
Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
2. Yth Linda Rofiasari, S.ST selaku dosen
pengampu mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita Akademi Kebidanan
Dewi Sartika Bandung.
3. Rekan-rekan seperjuangan yang telah
memberikan bantuan dan motivasi dalam penyusun makalah ini.
Dalam penyusun makalah ini saya menyadari
masih banyak kekurangan, makakritikdan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi menambah wawasan dan pengetahuan serta kemajuan dimasa
yang akandatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun
umumnya bagi pembaca, dan mudah-mudahan upaya penyusunan makalah ini senantiasa
berada dalam ridha-Nya.
Bandung, 9 September 2015
Penyusun,
Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukan
trauma mekanik yang dapat dihindarin atau tidak dapat dihindari, serta trauma
anoksia yang dialamin bayi selama kelahiran dan persalinan.1
Trauma lahir adalah trauma pada bayi diterima dalam atau karena proses
kelahiran. Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukan trauma mekanik dan
anoksik, baik yang dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang
dapat di hindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada
masa persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan
atau perhatian medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali,
atau dapat terjadi meskipun telah mendapatkan perawatan kebidanan yang terampil
dan kompeten dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan tindakan atau sikap
prang tua yang acuh tak acuh. Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma
akibat amniosentesis, transfuse intrauteri, pengambilan contoh darah vena
kepala atau resusitasi.2
3.2 Rumusan Masalah
3.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang saya temukaan di antaranya
yaitu:
1) Apa
pengertian dari caput suksedaneum?
2) Apa
penjelasan dari cephalhematoma?
3) Apa
penjelasan dari trauma pada flexus brachlalis?
4)
Apa saja tanda dan gejala yang tampak pada
bayi fraktur klavukula dan fraktur humerus ?
Adapun
tujuan yang dimaksudkan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1) Mahasiswa
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian dari caput suksedaneum.
2) Mahasiswa
dapat mengetahui apa pengertian dari cephalhematoma.
3) Mahasiswa
dapat mengetahui apa pengertian dari trauma pada flexus brachlalis.
4)
Mahasiswa dapat mengetahui apa
pengertian dari klavikula dan fraktur humerus.
1) Definisi
caput suksedaneum
Caput suksedaneum adalah neonatal
melibatkan kondisi serosanguinous, subkutan, cairan extraperiosteal koleksi
margin didefinisikan dengan buruk yang disebabkan oleh tekanan yang diajukan
bagian dari kulit kepala terhadap dilatasi serviks (turniket efek dari leher
rahim) selama melahirkan, pembengkakan jaringan lunak kepala yang dapat
melampaui sutura tengah. Benjolan yang difus di kepala, terletak pada
presentasi kepala pada waktu bayi baru lahir. Terjadinya edema dibawah kepala
bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah. Menghilang
dalam 2-4 hari setelah persalinan.
Definisi lain dari caput succedaneum
adalah pembengkakan kulit kepala setempat yang terbentuk dari efusi serum
tekanan pada lingkaran cervix menyebabkan
obstruksi darah balik sehingga kulit kepala yang terletak di dalam cervix menjadi edematous. Caput terbentuk
pada persalinan dan setelah ke tuban pecah. Caput tidak terbentuk apabila janin
sudah mati, his baik, atau cervix tidak menempel dengan erat pada kepala.
Letak caput bermacam-macam tergantung
pada posisi kepala pada posisi occipitoanterior caput terbentuk di vertex,
yakni di sebelah kanan sutura sagittalis pada occipitoanterior kiri dan disebelah
kiri pada occipitoanterior. Pada pemeriksaan vaginal atau rectal pemeriksaan
harus hati hati dalam membedakan antara turunnya kepala dengan caput. Caput yang
besar dapat dikira penurunan kepala, caput yang menjadi semakin besar merupakan
indikasi untuk penilaian kembali situasi caput terlihat pada waktu lahir mulai
menghilang sesudahnya dan umumnya akan hilang sama sekali setelah 24 sampai 36
jam.
Caput
suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau
kadang-kadang ekimotik dan difudi dari jaringan lunak kulit kepala yang
mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan vertex. Edema pada caput
suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan
terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi
fototerapi untuk kecendrungan hiperbilirubin.
Caput
suksedaneum merupakan oedema subcutis akibat
penekanan jalan lahir pada persalinanm letak kepala, berbentuk benjolan yang
segera tampaka setelah bayi lahir, tak terbatas tegas dan melewati batas
sutura.( Nia )Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala. Sesuai
dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema
sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah, caput succedaneum tidak merlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2-5 hari, kadang-kadang caput
sucsadeum disertai molding atau
penumpangan tulang parietalis, terapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
2) Gejala
Caput succedaneum muncul
sebagai pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah dan atas garis
jahitan dan berhubungan dengan kepala pencetakan.
3) Penanganan
Asuhan atau penanganan
pada bayi yang mengalami caput
succedaneum terdiri dari pengamatan saja, pemulihan biasanya akan
terjadinya dengan cepat. Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur
normal harus kembali. Bayi akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin
memerlukan analgesia untuk sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke
minumanan untuk beberapa hari pertama.
4) Faktor
predisposisi
Persalinan
dengan partus lama, partus dengan tindakan, sekunder dari sekunder dari tekanan
uterus atau dinding vagina.
5) Penatalaksanaan
Bayi
dirawat seperti pada perawatan bayi normal, observasi keadaan umum bayi,
pemberian ASI adekuat, cegah terjadinya infeksi.
6) Komplikasi
Kaput
hemorargik, infeksi, ikhterus, anemia.
7) Contoh
asuhan pada bayi dengan caputsuksedaneum
(1) Data
subjektif
Bayi
Ny S (24 th) dan Tn X (27 th) berumur 26 hari tanggal 07-10-2009 pukul 10.05
WIB lahir secara spontan dengan vacuum
forcep dan jenis kelamin perempuan dengan kedua orang tua beragama islam,
bersuku sunda, dengan ibu, sekolah tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung dan
ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang wiraswasta. Penghasilan keduanya
sebesar Rp 1.500.000/bulan dan bertempat tinggal dicimaung Rt 06 Rw 02,
Purwakarta. anamnesa dilakukan pada tanggal 08-10-2009 pukul 15.30 WIB oleh
bidan, ibu mempunyai riwayat kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering
periksa kandungannya 4 kali oleh Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang
muntah 1-2 kali sehari tetapi makanan dapat masuk kedalam tubuh
sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan terasa cepat lelah.Sedangkan
pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5 kali oleh Bidan, dengan keluhan
pegal-pegal bila berdiri terlalu lama, sering BAK saat siang hari dan malam
tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak pertama 37 minggu 5 hari, dengan
golongan darah ibu A dan ayah golongan darah A, ibu mengatakan tidak mempunyai
penyakit saat kehamilannya, baik perdarahan, pre/eklamsia tidak pernah,
penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur hijau
bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah minum obat-obatan, jamu, tidak
pernah merokok dan tidak pernah minum alcohol, ibu mengatakan cemas terhadap
benjolan dikepala bayinya setelah beberapa jam lahir.
(2) Data
objektif
Pemeriksaan
fisik bayi KU baik, kesadaran composmetis, denyut nadi 130 x/ menit, bayi
bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat. Pada bagian kepala
ubun-ubun besar dan ada kelainan terdapat pembengkakan kulit kepala yang
memanjang digaris tengah ditandai dengan cairan yang menumpuk, sutura normal
dan ada maulage, ada caput suksedaneum, dan tidak ada cephalhematoma. Mata
simetris, lobang hidung ada,
tidak
ada keluaran dari kedua lubang hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Telinga simetris, hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan
lentur. Mulut simetris, bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada,
palatum keras, refles putting susu ada refleks sucking ada, refles menelan ada.
Tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, pergerakan tidak kaku. Dada simetris,
pernafasan normal, bunyi jantung regular, puting susu menonjol keluar, tidak
ada bunyi nafas jantung dan paru-paru tambahan, refleks muro ada, perut tidak
kembung, abdomen simetris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada penonjolan
sekitar umbilical, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak merah dan tidak
bernanah. Punggung simetris, tidak penenjolan dan cekungan.
Ekstremitas
atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan
fraktur klavikula dan fraktur humerus serta adanya fleksus brahialis. Genetalia
testis sudah ada diskrotum, ada lubang, lubang muara interna terletak pada
ujung penis, kulit tidak ada tanda-tanda lahir warna merah. Usia bayi saat ini
satu hari, pemeriksaan antropometri BB bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm,
lingkar badan 43 cm, lila 12 cm pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan
warna kehitaman konsistensi cair bau has, sedangkan BAK belum, bayi diberikan
asih tanpa pendamping apapun.
(3) Assement
Setelah
dilakukan pemeriksaan secara subjektif dan objektif didapatkan hasil
pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1 hari didapatkan diagnose caputsuksedaneum. Masalah yang terjadi
pada bayi baru lahir dengan caputsuksedaneum
yaitu adanya kecemasann dari orang tua bayi tersebut. Tidak ada masalah
potensial. Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan kepada orang tua bayi baru
lahir 1 hari dengan caputsuksedaneum yaitu
dengan memeberikan penkes kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas
dalam menghadapi bayinya.
(4) Planning
Beritahu
ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadaran composmetis,
denyut nadi 130 x/ menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan
baik dan kuat, BB bayi 3200 gr dengan panjanbg badan 45 cm, dan ibu mengerti
terlihat dari ibu yang tidak cemas. Beri tahu ibu tentang caputsuksedaneum pada bayi baru lahir yaitu terjadi akibat
pembengkakan kulit kepala yang memanjang digaris tengah berisi cairan pada
kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah agak tenang, bertahu
ibu untuk menggendong bayi karena dapat menyebabkan proses penyumbuhan yang
cepat, yang biasanya ‘hilang pada hari
ke 2-5 dan ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu
memeberikan ASI segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak
2-3 jam perhari dan ibu melaksanakannya, beritahu ibu dan keluarga untuk
merujuk bayi ke pelayanan kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada
hari ke 2-5 segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu
mengulang perkataan bidan.
Adapun beberapa dari pokok pembahasan mengenai cephatlhematoma di antaranya yaitu:
1) Definisi
Pengertian
istilah cehalhematoma mengacu pada
pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan
subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui
sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan pariental.
Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering pada
persalinan lama atau persalinan yang diakhir dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum. Perdarahan sub
periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum.
Perdarahan
superficial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan
tidak melampaui batas garis tengah. Pembengkakan pada kepala keras adanya
penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. Kelainan ini
disebabkan oleh perdarahan subperiostal tulang tengkorak dan batas tegas pada
tulang yang bersangkutan, tidak melampuai sutura-sutura sekitarnya, tulang
tengkorak yang sering kena ialang tulang temporal atau parietal. Ditemukan pada
0,5-2% dari kelahiran hidup, kelainan dapat terjadi pada persalinan lama atau
persalinan yang diakhiri dengan alat,
seperti eksta cunam atau ekstraktor vakum.
Definisi lain dari cephal hematoma adalah
pendarahan yang terjadi di bawah peritosteum satu atau lebih tulang tulang
tengkorak kepala hematoma terletak pada satu atau dua kadang-kadang sekali
kedua os parietale dan bentuknya menyerupai caput succedaneum cephal hematoma
di sebabkan oleh trauma tulang belakang
tekanan pada kepala yang lama terhadap cervix, perineum atau os pubis.
Terjadi perdarahan
cephal hematoma dengan batas jeles pada
satu tulang tengkorak chepal hematoma dapat terjadi pada persalinan
normal dan terutama pada persalinan bayi munkin menangis pemecahan darah
sehingga terdapat hiperbilirubinemia dan dapat di sertai fraktur tulang tulang
tengkorak bila tidak terdapat kelainan tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang selama 2 sampai 12 minggu. Untuk kepastiannya bidan harus
berkonsultasi dengan dokter.3
2) Gejala
Gejala lanjut yang mungkin terjadi bayi dapat
mengalami anemia dan hiperbilirubinnemia. Kadang-kadang cephalematoma disertai
pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawanya atau perdarahan intracranial, bila
tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu, pada
kelainaan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
Pemberian radiologik (CT-SCAN) pada sefalohematoma
hanya dilakukan jika ditemukan adanya gejala susunan saraf pusat atau pada sefalohematoma yang terlalu besar
disertai dengan adanya riwayat kelahiran kepala yang sukar dengan atau tanpa
tarikan cunam yang sulit ataupun kurang sempurna.4
3) Faktor
prediposisi
Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala
saat persalinan, moulage terlalu keras, partus dengan tindakan seperti forcep,
vacuum ekstrasksi. Komplikasi ikhterus, anemia, infeksi, klasifikasi mungkin
bertahan selama › 1 tahun. Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan
hiperbilirubinemia. Kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak
dibwahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut,
cephal hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.
Kelainan ini
dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak
luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi. Sefalhematoma merupakan
perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak
nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan,
tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak
diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi
hiprbilirubinemia. Tindakan insisi dan saat lahir dengan warna kehitaman
konsistensi cair bau khas, sedangkang BAK belum, bayi diberikan asih tanpa
pendamping apapun.3
Jejas pada pleksusu brakialis dapat menyebabkan
paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan,
atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus
brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral
dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi vertex
atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala padapresentasi bokong
serta adanya penarikan pada bahu. Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan
paralisis Erb-Duchenme dan paralisis
klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang
mnegalami trauma, pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas
imobilisasi parsial dan pnempatan posisi secara tepat untuk mencegah
perkembangan kontraktur.5
Fraktur clavikula
adalah rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur
clavikula mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon,
saraf dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Tulang ini dapat patah
karena kekerasa langsung atau tak langsung seperti jatuh bertekan telapak
tangan atau bahu biasanya tulang ini patah di tengah-tengah atau di sepertiga
dari tengah .
Cidera
traumatic paling banyak menyebabkan fraktur clavikula tulang ini sering
mengalami fraktur selama kelahiran tulang ini teroma rentan selama masa persalinan bila ada kesukaran dalam
persalinan bahu pada persentasi vertex dan lengan yang terekstensi pada
persalinan bokong.6
Fraktur klavikula ternyata sering terjadi
hampir pada 18 dari 1000 kelahiran hidup umumnya dianggap sebagai
keadaaan yang tidak dapat diperkirakan dan dicegah. Frakur humerus lebih jarang terjadi kesulitan yang
terjadi saat pengeluaran bahu pada persentasi kepala dan lengan ekstensi pada
letal sungsang sering menyebabkan fraktur ini. 7 Fraktur
klavikula umumnya terjadi setelah distosia bahu patah komplit sangat
menyekitkan dan membatasi pergerakan tangan
bayi.
Dapat
sembuh dengan sempurna namun seringkali dengan pembentukan kalus yang cukup
besar. Fraktur humerus cedera epifisis dapat terjadi selama kelahiran yang
sulit keadaan ini dapat sembuh baik, fraktur humerus dislokasi bahu banyak disebabkan
oleh cedera atletik atau terjatuh.8
Dislokasi
hampir selalu terjadi di bagian anterior degan caput humerus berada di
depan dan di bawah kavitas glenoid
dislokasi posterior. Jarang di jumpai
avulse pada labrum glenoid atau pada tuberotsiyas mayor mungkin menyebabkan
dislokasi. Suatu “defek hatchet” yang merupakan depresi konkaf pada kaput humerus dapat terlihat pada
dislokasi berulang ini di sebabkan oleh kolisi kaput humerus dengan glenoid
inferior.9
1) Bayi
tidak dapat menggerakan lengan secara bebas sisi yang terkena.
2) Krepitasi
dan ketidakteraturan tulang.
3) Kadang-kadang
disertai perubahan warna pada sisi fraktur.
4) Tidak
adanya refleks moro (gerakan pada kaki dan lengan) pada sisi yang terkena.
5) Adanya
spasme otot sternokleidomastoideus (otot
yang menyilang dari telinga ke bagian leher) yang disertai dengan hilangnya
depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
Pada
fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak
adanya reflek moro. Penanganan pada fruktur humerus dapat optimal jika
dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fruktur.1
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari caput suksedaneum merupakan oedema subcutis
akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala sedangkan
pengertian dari cehal hematoma mengacu
pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang disebabkan oleh perdarahan
subperiosteal dan berbatas teagas pada tulang yang bersangkutan dan tidak
melampaui sutura-sutura sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan
pariental. Sedangkan pengertian dari trauma flexus brachiaalis merupakan trauma
pada saat pesalinan akibat penarikan pada lateral dipaksakan pada bagian kepala
dan leher selama persalinan bahu, dan pada fraktur humerus ditandai dengan
tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.
Adapun saran yang saya punya adalah
sebagai berikut:
1) Perbanyak
lagi pembahasan tentang materi asuhan neonatus dengan jejas persalinan (caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus brachiaaalis, dan fraktur
klavikulan dan fraktur humerus).
2) Perjelas
lagi bahasanya supaya mudah dimengerti.
0 komentar:
Posting Komentar